Pasang Iklan Anda Disini

Pasang Iklan Anda Disini
 PLTU PT. Dian Swastatika Sentosa, Serang  PLTD PT. Indah Kiat Serang & Perawang  PLTMH Banjarnegara, Yogyakarta  PLTS Derawan, Berau  Jaringan Distribusi TM
Pasang Iklan Anda Disini

banner 728x90

Pasang Iklan Anda Disini

Kontruksi SUTR

KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)
I. Persyaratan Konstruksi
1. Konstruksi bagian atas
Konstruksi bagian atas dimana penghantar bertumpu (pole top construction) dibedakan berdasarkan fungsi tiang. Demikian pula jenis material pendukung utamanya, antara lain strain clamp, suspension clamp. Bagian penghantar saluran udara kabel pilin yang diikat atau digantung adalah penghantar netralnya yang terbuat dari alumunium alloy. Penghantar fasa yang terbuat dari alumunium tidak memikul beban mekanis kecuali beratnya sendiri. Jika kabel terurai, harus diperbaiki kembali dengan jarak puntiran (pitch) tidak lebih dari 60 cm atau diikat dengan plastic-strap.
Pada sistem Jawa Tengah, khusus untuk keluaran dari transformator fasa 1 seluruh konstruksi JTR nya menggunakan sama dengan sistem distribusi di tempat lain.

2. Jarak antara tiang atau gawang
Jarak antar tiang pada SUTR tidak melebihi dari 50 meter. Tiang yang dipakai adalah tiang dengan kekuatan/beban kerja (working load) sebesar 200 daN, 350 daN, 500 daN dengan faktor keamanan 2 (breaking load = 2 x working load). Konstruksi khusus pada bagian bawah pangkal untuk sistem Multi Grounded Common Neutral (Jateng), dilengkapi plat baja anti karat yang dihubungkan dengan penghantar pembumian. Pemilihan jenis beban kerja tiang disesuaikan dengan fungsi tiang (tiang tengah, tiang awal/ujung, tiang sudut, tiang peregang) dan berdasarkan pengaruh gaya-gaya mekanis maksimum pada tiang tersebut.

3. Penyangga Tiang (Pole Support)
Untuk menambah kemampuan beban kerja tiang atau mengurangi penggunaan tiang dengan beban kerja besar, dipakai penyangga tiang pada tiang-tiang dengan beban kerja dasar (200 daN). Penyangga tiang dapat berupa topang tarik (guy wire) atau topang tekan (strut pole) dengan sudut miring penyangga tidak melebihi 60ยบ. Jika tidak memungkinkan, dapat menggunakan variasi penyangga (span guy wire /kontra mast). Penyangga tiang tidak digunakan pada tiang awal jaringan. Mengingat beratnya tiang beton, maka tiang ini tidak dipakai sebagai topang tekan (Strut Pole). Pada system multiground common netral, konstruksi topang tarik tidak memakai isolator guy-wire (toei insulator) namun dibumikan bersama-sama penghantar netral di atas tiang. Gambar konstruksi topang tarik dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/31 dan JTR/ SUTR/32, konstruksi Kontra Mast pada gambar No. JTR/SUTR/34 dan JTR/SUTR/36, serta konstruksi topang tekan (strut pole) pada gambar No. JTR/SUTR/33.

4. Ruang Bebas Hambatan (Right of Way) dan Jarak aman (Safety Distance)
Ruang bebas hambatan atau right of way pada jaringan tegangan rendah kabel pilin adalah jalur lintas yang dilalui jaringan tegangan rendah tersebut. Pada jalur lintas tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan penghantar bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Jarak Aman atau safety distance merupakan jarak dimana penghantar saluran udara tidak terjangkau oleh tangan manusia dan kendaraan yang berjalan. Ukuran jarak aman terdapat pada table 3.1 berikut ini,
Table 3.1 Jarak Aman (Safety Distance) 
5. Beban Mekanis Tiang
Beban mekanis akibat berat penghantar, pengaruh tiupan angin dan beban-beban mekanis lainnya perlu diperhitungkan khususnya pada tiang awal, tiang sudut dan tiang akhir. Jumlah total beban gaya mekanis pada tiang tidak boleh melebihi beban kerja tiang. Jika melebihi, maka perlu dipasang konstruksi topang (guy wire, strut pole). Tabel berikut memberikan data pemilihan kekuatan mekanis tiang awal/ujung dan tiang sudut untuk berbagai macam ukuran kabel pilin saluran udara.
TABEL3.2 KEKUATAN MEKANIS TIANG AWAL/UJUNG UNTUK SALURAN TUNGGAL 
Jarak gawang 45 meter, panjang andongan 1 meter, tiang 9 meter 

TABEL 3.3 KEKUATAN MEKANIS TIANG SUDUT UNTUK SALURAN TUNGGAL 
Jarak gawang 45 meter, panjang andongan 1 meter, tiang 9 meter 

Keterangan : 
Jika keadaan lingkungan dan peraturan Pemerintah Daerah mengizinkan. tiang sudut dan tiang ujung dapat memakai tiang dengan kekutan 200 daN di tambah konstruksi guy Wire. 

6. Konstruksi Jalur Ganda JTR dan Underbuilt TM-TR 
Pada satu jalur yang sama dapat dikonstruksi lebih dari 1 saluran udara. Jarak antar saluran tidak kurang dari 30 cm untuk jaringan kabel pilin (twisted cable) dan 60 cm untuk penghantar tak berisolasi. Jika jaringan udara tegangan rendah (SUTR) berada di bawah jalur yang sama dengan jaringan udara tegangan menengah A3C dan melintasi pohon, penghantar SUTR tidak boleh menyentuh dahan pohon. Pada konstruksi saluran udara dibawah jaringan tegangan menengah (underbuilt), jarak antar penghantar tegangan rendah dan tegangan menengah tidak kurang dari 1,2 meter. 

7. Konstruksi JTR campuran (konstruksi JTR dengan jaringan telematika dan PJU) 
Penempatan jaringan telematika dan PJU harus pada sisi tiang yang berlainan dengan JTR. Jarak antara jaringan tegangan rendah dengan jaring Telekomunikasi tidak kurang dari 100cm direlokasikan hanya ada satu saluran telekomunikasi pada tiang JTR. Gambar konstruksi khusus JTR dengan telematika dan PJU dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/30. 

8. Konstruksi Sambungan SUTR dan SKTR pada Tiang 
Sambungan kabel twisted/berpilin dengan SKTR dengan inti tembaga harus memakai bimetal joint sleeve Al-Cu. Ujung SKTR memakai bulusan/terminasi jenis heat shrink atau cold shrink atau sejenis dan bukan jenis konstruksi kabel yang di buat. Jika sambungan pada tengah jaringan, sadapan pada jaringan memakai kabel Al inti tunggal, sambungan dengan SKTR memakai bimetal Al-Cu. 

9. Konstruksi Sambungan SUTR dan Sambungan Tenaga Listrik TR di Tiang 
Sambungan SUTR dan sambungan tenaga listrik TR harus menggunakan konektor yang sesuai dengan jenis material penghantarnya. Perhatikan instalasi penyambungan kabel SKTR dengan kabel SUTR. Penyambungan wajib menggunakan sambungan ciut panas dengan connector press. Ujung bukaan kabel SKTR harus menggunakan celana kabel ciut panas agar kedap air. 

10. Konstruksi Pembumian 
Penghantar Netral jaringan dibumikan pada setiap jarak 200 meter. Dalam hal tidak diperoleh tahanan tanah yang dipersyaratkan, maka jumlah elektroda pembumian ditambah atau dipasang kawat laba-laba (mesh) seluas 40 cm x 40 cm. Khusus pada sistem Jawa Tengah (Multi Ground Common Netral). Pembumian penghantar netral jaringan pada tiapa-tiap tiang, namun tidak memakai elektroda bumi. 

11. Konstruksi Khusus 
     1. Konstruksi pada dinding bangunan 
Konstruksi saluran udara kabel pilin pada dinding bangunan (konstruksi pada ruko, rukan, pasar) jarak antar bracket tidak lebih dari 6 meter. Jarak antara kabel dengan lantai bangunan tidak kurang dari 3 meter. Semua bagian ujung jaringan ditutup dengan insulating tape dan mekanikal proteksi (pipa PVC). Tidak ada penghantar yang terkena dinding bangunan dan jarak dengan dinding tidak kurang dari 10 cm. Gambar konstruksi khusus pada dinding bangunan dapat dilihat pada gambar No. JTR/ SUTR/23. 
      2. Konstruksi melintasi jalur kereta api 
Persilangan dengan jalur kereta api direkomendasikan menggunakan saluran kabel tegangan rendah bawah tanah. Dalam hal menggunakan saluran udara, perhatikan jarak aman minimum yang dipersyaratkan. Keadaan ini tidak direkomendasikan untuk lintasan dengan jalur kereta api listrik. Tidak disarankan jaringan tegangan rendah melintasi jalur kereta api listrik. Gambar konstruksi melintasi jalur kereta api dapat dilihat pada gambar No. JTR/ SUTR/27. 
       3. Konstruksi disekitar SUTT 
Persilangan JTR dengan SUTT tidak direkomendasikan. Konstruksi saluran udara pararel dengan SUTT jika tiang rubuh tidak boleh mengenai garis batas vertical penghantar transmisi pada permukaan tanah. Gambar konstruksi jarak aman SUTR dengan SUTM dapat dilihat pada gambar No. JTR/ SUTR/29. 
        4. Konstruksi melintasi sungai 
Persilangan dengan sungai hanya diizinkan bila lebar bentangan sungai tidak lebih dari 50 meter dan harus memperhatikan jarak aman jaringan SUTR dengan lalu lintas pengguna aliran sungai. 

II. Peralatan dan Keselamatan Kerja serta Peralatan Pengujian 
1 Peralatan Kerja 
Peralatan kerja utama yang perlu dipersiapkan secara umum untuk pelaksanaan SUTR adalah : 
1) Tirpiz (Power pull) 
2) Swivel 
3) Pulling grip 
4) Tali-temali 
5) Dongkrak Haspel 
6) Besi poros haspel ( untuk poros putar haspel ) 
7) Stringing block 
8) Alat-alat bantu (tangga, pacul tembilang, roll meter dll ) 
9) Papan bidik andongan kabel 

Pada SKTR peralatan kerja yang di perlukan 
1. Tali temali 
2. Swivel 
3. Dongkrak haspel 
4. Pulling grip 
5. Besi poros 
6. Rol gelar lurus 
7. Rol gelar sudut/belok 

Gambar Peralatan Kerja dapat dilihat pada No. Gambar : PK/JTR/01 

2. Peralatan Keselamatan Kerja 
Alat–alat keselamatan kerja minimal yang harus disediakan dan dipergunakan sesuai dengan fungsi dan spesifikasinya antara lain : peralatan pelindung diri, sarung tangan elektris & mekanis, sabuk pengaman, helm, platform, tali temali, kaca mata hitam, kaca mata pelindung, sepatu kerja. 

3. Peralatan Pengujian 
Peralatan pengujian sekurang-kurangnya, alat uji tahanan isolasi (Insulation tester), alat ukur tahanan pembumian (Earth Resistance tester), alat ukur dimensi penghantar (micrometer, slide gauge, dial gauge, measuring tape),phase sequence meter. 

III. Penyelenggaraan Konstruksi 
1. Handling / Transportasi : 
       1. Transportasi Kabel Pilin (Twisted Cable) 
Transportasi kabel harus dalam keadaan haspel. Penarikan kabel keatas tiang harus dilakukan dengan cara penguraian kabel selanjutnya ditarik keatas tiang. Ujung kabel yang akan ditarik harus dilengkapi dengan Pulling Grip. Dilarang menarik kabel diatas peralatan besi atau bergesekan dengan tanah. Pengangkatan/transportasi/penurunan kabel dari kendaraan harus dilakukan dengan haspel kabel. Jika haspel kabel telah rusak/hancur atau diambil/diangkut tidak utuh, maka gulungan kabel harus diikat dengan pengikat yang kuat. Ujung kabel diikat agar tidak terurai, jika terurai harus dijalin kembali dengan jarak antar putaran (pitch) 60cm. Haspel kabel tidak boleh dijatuhkan dari kendaraan, harus diturunkan dengan alat pengangkut. Haspel kabel ditempatkan pada dongkrak haspel agar mudah diputar dan diperhatikan arah putaran haspel. Untuk melepaskan kabel, haspel harus didorong secara manual, dilepas menurut sejumlah panjang kabel untuk satu tarikan/penguluran. 
       2. Transportasi dan Penempatan 
Tiang Pengangkatan, penurunan tiang dari kendaraan pengangkut harus dilakukan dengan alat pengangkat (HOIST). Tiang ditumpuk sebanyak-banyaknya 3 lapis tiang dan harus diberi penghalang agar tidak bergerak. Tumpukan tiang berbentuk trapezium. Pemindahan tiang dari tempat penumpukan dilakukan dengan trailer. Gambar tata cara transportasi dan penempatan tiang dapat dilihat pada gambar No : JTR/SUTR/48 –JTR/SUTR/50. 

2. Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi 
      1. Persiapan peta rencana dan proses perizinan. 
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan membuat peta rencana jalur saluran tegangan rendah dengan skala 1 : 1000. 
      2. Survei 
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, penentuan jalur kabel harus diidentifikasi, kemungkinan perubahan jalur berdasarkan rencana konstruksi dapat dilakukan. Survey dilakukan berdasarkan peta gambar rencana jaringan. Pelaksanaan survey bersamaan dengan penentuan jalur pada garis tepi (garis sepadan jalan) dan jalan atau bangunan sesuai izin pemerintah daerah setempat. Survey jalur dan penentuan lokasi titik pendirian dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah daerah, dan mengikuti garis sepadan jalan. Penentuan lokasi dilakukan dengan : 
                             • Theodolit 
                             • Dua petugas dengan bantuan kompas 

       3. Penentuan Titik Penanam Tiang (Pole staking) 
Titik lokasi Penanaman Tiang mengikuti ketentuan pada peta rencana jalur. Koreksi lapangan dapat dilakukan dengan pertimbangan : Perlu dilakukan penyesuaian jalur saluran pada lokasi-lokasi sebagai berikut : 
           1) Lereng sungai / tepi saluran air 
           2) Titik tikungan jalan 

Khusus untuk lokasi yang menyangkut kepemilikan tanah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 
           1) Titik pada garis pagar bangunan 
           2) Halaman rumah penduduk 
           3) Garis batas antara bangunan penduduk 

Penyesuaian titik tiang yang berakibat pada bertambahnya jarak gawang, perlu diantisipasi dengan tiang beton dengan kekuatan atau panjang lebih dari rencana. Ada dua cara untuk melaksanakan pekerjaan pole staking , yaitu : 
            1) Dengan metode theodolit 
            2) Dengan kompas 

Penggunaan alat theodolit dapat memberikan hasil survey yang tepat baik jarak antar tiang dan sudut deviasi lintasan. Penggunaaan kompas lebih mudah namun perlu dibantu oleh dua staf pandu untuk menentukan jarak antar titik tiang, kelurusan jalur lintasan dan sudut deviasi lintasan. 
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 
            1) Jarak aman jaringan terhadap lingkungan (bangunan, dll.) 
            2) Tidak menempatkan lintasan diatas jalan raya 
            3) Pemotongan / crossing jalan tidak kurang dari 15. 
Titik-titik posisi tiang yang telah didapat / ditentukan diberi patok yang bernomor. 
Peralatan yang dipakai: 
            1) Alat theodolit lengkap 
            2) kompas 
            3) Alat ukur jarak (walking measure) 
            4) Alat tulis 

        4. Pendirian Tiang (pole erection) dan Kelengkapannya 
Sebelum pendirian tiang dilaksanakan, harus dilakukan pengamanan lingkungan. Pendirian dilakukan dengan mobil kran atau menggunakan konstruksi kaki tiga dengan minimal 3 petugas. Mendirikan tiang dilakukan dengan cara : 
           1) Memakai mobil kran 
           2) Cara manual 

        5. Lubang Galian Tiang 
Lubang untuk mendirikan tiang digali dengan lebar lubang galian dua kali diameter bagian bawah tiang. Kedalaman lubang 1/6 kali panjang tiang + 10 cm. Pengamanan lingkungan perlu diperhatikan khususnya pada saat pendirian tiang. Tiang beton tidak boleh terjatuh / terbanting. Transportasi tiang dengan trailer kecil. Pelaksanaan pendirian harus menggunakan katrol dengan kapasitas 3 ton. Tiang tidak boleh didirikan miring namun dapat diberikan toleransi kemiringan 50. Pemadatan sekeliling tiang dilakukan dengan mesin stamper atau pemadat. Untuk tiang-tiang degan kekuatan 350daN, 500daN diperlukan pemasangan pondasi. Penggalian lubang tiang pada daerah rawa atau tepi pantai bila sulit dilakukan, dapat menggunakan drum bekas sebagai penahan tanah. 
Pada system underbuilt tidak perlu menambah tiang jika jarak antara tiang SUTM tidak melebihi 50 meter. Jika harus ditambah satu buah tiang sisipan, ujung atas tiang sisipan sekurang-kurangnya berjarak 1,2 meter dari penghantar SUTM pada kondisi andongan maksimum. 

         6. Pondasi Tiang 
Pemasangan pondasi (cor beton) tiang pada dasarnya digunakan pada semua tiang, baik tiang tumpu, tiang awal/akhir atau tiang sudut. Jenis, pondasi dan ukurannya disesuaikan dengan kondisi/struktur tanah dimana tiang tersebut akan didirikan. 
Untuk tepatnya, masalah pondasi sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli teknik sipil (terutama pondasi untuk konstruksi pada daerah tanah lembek, tanah rawa-rawa, tanah gambut). Pada tanah keras pondasi dipasang untuk tiang dengan ukuran 350 daN, 500daN, 800 daN. 
Kedudukan tiang yang diperkuat dengan pondasi bergantung atas jenis tanah dan kekuatan fisik dari fungsi tiang. 
Tabel 3.4 Klasifikasi tanah untuk berbagai macam pondasi tiang   
Sumber : CAC proyek kelistrikan RE-II PT PLN (Persero) 
Dimensi pondasi dibuat berdasarkan data diatas. 
Table 3.5 Pemakaian Tiang berdasarkan Kondisi Tanah 
         7. Pemasangan konstruksi atas tiang (pole top construction) 
Pemasangan konstruksi Fixed Dead End (FDE), Adjustable Dead End (ADE) dan Suspension (SS) tidak kurang 10 cm dari ujung atas tiang. Konstruksi 2 jalur saluran udara dapat dilakukan secara bersisian. Jarak antara 2 (dua) pole bracket tidak kurang dari 30 cm. Pemasangan komponen konstruksi ke atas tiang menggunakan tali pengangkat dengan menggunakan katrol. 
Pemasangan konstruksi dilakukan minimal oleh 2 orang petugas, satu dibawah tiang (ground crew) dan satu diatas. Petugas diatas berdiri diatas platform dan memakai alat K3 (sabuk pengaman, sarung tangan mekanik, helm). Komponen atas tiang berdasarkan fungsi tiang (tiang awal / ujung, tiang penumpu, tiang sudut, tiang seksi, tiang peregang), sebagaimana tabel berikut: 
Tabel 3.6 Komponen atas tiang sesuai fungsi tiang 
Komponen Konstruksi yang dipakai pada konstruksi FDE,SS, ADE sebagaimana tabel berikut: 
Tabel 3.7 Komponen Konstruksi FDE, SS dan ADE 
Konstruksi suspension –ss atau tiang sudut kecil (0o – 30o) dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/01 dan JTR/SUTR/02, konstruksi fixed dead end pada gambar No. JTR/ SUTR/03 dan JTR/SUTR/21, konstruksi adjustable dead end – ADE pada gambar No. JTR/SUTR/04. Untuk tiang dengan sudut besar (30o – 90o dan 45o – 120o), gambar konstruksi dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/05- JTR/SUTR/08. 
Gambar konstruksi tiang penegang atau tiang seksi dapat dilihat pada gambar No. JTR/ SUTR/17 dan JTR/SUTR/18. Konstruksi tiang akhir pada gambar No. JTR/SUTR/19 dan JTR/SUTR/20, , dan pemasangan TC 2 saluran pada ujung jaringan tiang beton bulat (adjustable) dapat dilihat pada gambar JTR/SUTR/22. 

          8. Pemasangan Topang Tarik sementara (pole supporter) 
Sebelum dilakukan penarikan penghantar, tiang-tiang awal/akhir, tiang sudut wajib dipasang topang tarik sementara untuk menjaga agar tiang tidak miring pada saat penarikan penghantar. Topang tarik dibongkar setelah selesai lama waktu penarikan JTR. Gambar penarikan topang tarik sementara selama penarikan kabel dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/37. 

         9. Penarikan Penghantar (stringing) 
Penarikan kabel pilin tidak boleh menyebabkan bundle kabel terurai, khususnya pada saat pengaturan sag. Besarnya kekuatan mekanis penarikan dikontrol pada dynamometer dan dihitung berdasarkan jarak gawang ekivalent dan besar andongan yang dipilih berdasarkan tabel 3.6. 
Tabel 3.8 Kekuatan Penarikan Penghantar Kabel Pilin (twisted cable) 
Catatan : - Breaking capacity kabel messenger/kabel penghantar netral sebesar 1683 daN 
               - Breaking capacity pole bracket ujung/ tension bracket sebesar 1000 daN 
Penarikan penghantar dilaksanakan setelah perlengkapan penarikan dipersiapkan : 1. Stringing block pada setiap tiang kecuali tiang awal 2. Power pull, comealong, swivel, tali temali, pulling grip, pulley, mesin winch. Penghantar tidak boleh ditarik langsung dari haspel, tapi haspel diputar sedikit demi sedikit, penghantar diurai kemudian ditarik ke atas tiang. Saat penarikan kabel tidak boleh bergesekan dengan benda keras, tanah, tergilas kendaraan atau terurai. Pengaturan sag (andongan) dilakukan dengan menggunakan mistar bidik andongan. Besarnya gaya mekanis penarikan kabel disesuaikan dengan jarak andongan yang telah ditentukan (lihat Tabel 3.6) Penghantar dibiarkan terpasang pada stringing block selama 3 x 24 jam. Selanjutnya dikencangkan pada konstruksi fixed dead end dan suspension. Pole supporter sementara tetap dipasang, selanjutnya guy wire, span guy wire, strut pole / topang tarik-topan tekan dikuatkan. Gambar grafik kekuatan tarik kabel pilin dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/40 – JTR/SUTR/43. 

         10. Penyambungan dan Sadapan Penghantar 
Sambungan antar penghantar dilakukan dengan Compression Joint Sleeve. Sadapan atau pencabangan dan sambungan pelayanan dilakukan dengan menggunakan konektor jenis Hydraulic Pressed Connector yang kokoh atau konektor berbadan logam berisolasi kedap air. Sambungan antar penghantar tidak menahan /memikul beban mekanis. Tidak boleh melakukan sambungan penghantar netral pada lokasi ditengah antara dua tiang. 

         11. Pemasangan Pembumian Pembumian 
Penghantar netral 
Penghantar netral pada jaringan tegangan rendah dibumikan sesuai dengan konsep TN – C yang dianut PLN. Konstruksi pembumian dipasang pada tiang pertama dan tiang akhir dan selanjutnya setiap 200 meter setelah tiang pembumian pertama. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm, dan tidak melebihi 5 Ohm untuk seluruh tahanan pembumian pada satu gardu distribusi. Pada system multiground Common Netral (pembumian netral bersama), penghantar netral JTR juga merupakan penghantar netral JTM, dibumikan pada setiap tiang. Tiang yang mempunyai fasilitas terminal pembumian bertanda pada bagian pangkal tiang dan harus dilengkapi elektroda pembumian yang dipasang/ ditanam sejauh 30 cm dari tiang. Hubungan antara terminal pembumian pada tiang elektroda pembumian memakai penghantar tembaga dengan luas penampang penghantar tidak kurang dari 50 mm². 
Jika pada tiang tidak tersedia fasilitas pembumian, konstruksi pembumian menggunakan penghantar tembaga dengan penampang sekurang-kurangnya 25 mm² atau penghantar alumunium dengan penampang sekurang-kurangnya 50 mm². Ikatan penghantar dengan elektroda pembumian menggunakan penghantar tembaga. Hubungan antara penghantar alumunium dan tembaga memakai sambungan/joint sleeve atau sepatu kabel bimetal. Penghantar pembumian dilindungi dengan pipa galvanis 1 ¼ inci, sekurang-kurangnya 2,5 meter dari atas permukaan tanah. Gambar konstruksi pembumian dapat dilihat pada gambar No. JTR/SUTR/16. 

          12. Pemasangan kelengkapan konstruksi (pole accessories) 
Tahap terakhir konstruksi adalah pemasangan pole accessories, sambungan pada terminal dengan kabel tanah, plastic strap, proteksi tiang ujung, tipe-H / tipe-O ( paralel connector). 

          13. Penyelesaian akhir (finishing) 
Penyelesaian akhir dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemangkasan pohon dilakukan untuk menjaga jarak aman terhadap lingkungan. Pengerasan dudukan tiang dan pengokohan topang tarik/topang tekan . Pemeriksaan sambungan penghantar sesuai dengan urutan fasa dan pemeriksaan fisik konstruksi jaringan dilakukan khususnya pada tiang penyangga, tiang sudut, tiang tengah/penumpu, tiang akhir.

GAMBAR KONTRUKSI TR

No comments:

Post a Comment